BAB
I
PENDAHULUAN
Filsafat
dan ilmu adalah dua kata yang sering terkait, baik secara
substansial maupun hisfories karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat,
sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadapan filsafat.Kelahiran filsafat
di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunnai dari pandangan mitologi
akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang lebih domain.Dengan filsafat,
pola pikir yang selalu tergantung pada rasio. Dengan berkembangnya pola fikir
manusia, maka berkembang pula tentang pemikiran dan pembahasan di dalam
filsafat. Filsafat abad pertengahan didominasi dengan doktrin-doktrin agama kristen.
Sejarah
filsafat abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal abad
ke-17. Para sejarawan umumnya menentukan tahun 476, yakni masa berakhirnya
Kerajaan Romawi Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya Kerajaan Romawi
Timur yang kelak berpusat di Konstantinopel (sekarang Istambul), sebagai data
awal zaman Abad Pertengahan dan tahun 1492 (penemuan benua Amerika oleh
Columbus) sebagai data akhirnya.
Filasafat
Yunani yang mengeluarkan banyak pemikir ulung, memiliki tempat yang cukup
berpengaruh pada perkembangan ilmu filsafat di abad pertengahan.Pada masa itu,
perkembangan kehidupan di dunia tidak bisa lepas dari dua agama besar yang saat
itu saling mempengaruhi, Islam dan Nasrani.Masyarakat tersebut memiliki
kontribusi besar dalam perkembangan dunia selanjutnya.
Pada
masa pertengahan ini, terdapat periode yang membuat perkembangan filsafat tidak
berlanjut, yaitu pada masa skolastik Kristen.Hal ini dikarenakan pihak gereja
membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan
tidak bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang
berdasarkan kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan
dari keyakinan para gerejawan, maka filosof tersebut dianggap murtad dan akan
dihukum berat samapai pada hukuman mati. Untuk pembahasan lebih
lanjut, kami akan membahasnya dalam pembahasan selanjutnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN
Filsafat abad pertengahan lazim disebut filsafat Scholastik. Kata ini
ini diambil dari kata schuler yang
berarti ajaran atau sekolahan. Hal ini karena sekolah yang diadakan oleh Karrel
Agung yang mengajarkan apa yang diistilahkan
sebagai artes liberales (seni
bebas) meliputi pelajaran gramatika, geometri, aritmatika, astronomia, musika
dan dialektika (logika) dan meliputi seluruh filsafat.
Filsafat
abad pertengahan (476-1492 M) dapat
dikatakan sebagai abad gelap, karena pendapat ini didasarkan pada pendekatan
sejarah Gereja. Memang pada saat itu, tindakan gereja sangat membelenggu
kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi mendapatkan kebebasan untuk
mengembangkan potensi dalam dirinya. Para ahli fikir pada saat itu tidaak memiliki kebebasan
berfikir. Pada abad ini, apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang yang bertentangan
dengan ajaran gereja, maka orang yang mengungkapakan pemikiran tersebut akan
mendapat hukuman yang berat. Pihak gereja melarang adanya
penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian
terhadap agama (teologi) yang tidak
berdasarkan ketentuan gereja akan mendapat larangan yang ketat,yang berhak
mengadaknan penyelidikan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja.
Masa
abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa
yang penuh dengan upaya menggiring manusia kedalam kehidupan atau kepercayaaan
yang picik dan fanatic, dengan menerima ajaran gereja secara membabi
buta.perkembangan ilmu pengetahuan pad masa ini terhambat, pihak gereja sangat
mendominasi, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Di
sisi lain, pihak gereja tidak memmikirkan
martabat dan kebebasan manusia yang memiliki perasaan, keinginan dan
cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.
Secara
garis besar filsafat abad pertengahan
dapat dibagi dua periode, yaitu periode Scholastik islam dan periode Scholastik
kristen.
A.
FILSAFAT
SCHOLASTIK ISLAM (ARAB)
Menurut
Hasbullah Bakry, istilah Scholastik jarang dipakai dalam islam. Mereka lebih
sering sering menggunakan istilah filsafat islam.antara kedua ilmu tersebut
dalam pembahasannya dipisahkan.
Sampai pertengahan abad ke-12
orang-orang Barat belum pernah mengenal filsaafat Aristoteles secara
keseluruhan. Scholastik islamlah yang membawakan perkembangan filsafat ke
Barat. Orang-orang barat mengenal Aristoteles adalah berkat tulisan dari pikir
islam terutama daari Ibnu Rusyd. Yang dimaksud dengan para ahli pikir islam (
periode Scholastik Islam ) yaitu, Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali,
Ibnu Rusyd dan lainnya. Peran mereka sangat besar sekali tidak hanya dalam pemikiran
filsafat saja, akan tetapi para ahli pikir Islam tersebut memberikan sumbangan
yang tidak kecil bagi Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan.
1.
Al-Kindi
( 801-865 M )
Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf
Ya’qub Ibn Ishaq Al-Kindi. Lahir di Kuffah pada tahun 796 M dan meninggal di
Baghdad tahun 873 M. Ia adalah pertama yang memasukkan filsafat sebagai salah satu ilmu ke islaman, seteelah ia menyesuaikannya
dengan Islam.
Pokok-pokok filsafatnya adalah
sebagai berikut:
a. Tentang
Filsafat
Agama
dan filsafat masing-masing mencari kebenaran, filsafat yang paling tinggi dan
paling mulia adalah filsafat utama ( metafisika ), yakni mengetahui kebenaran
pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran.
b. Filsafat
metafisika
Dalam
metafisika, Al-Kindi pada umumnya menyetujui pendapat Aristoteles dan
Neo-Platonisme. Menurut Al-Kindi, tuhan tidak mempunyai hakikat dalam arti aniah dan mahiyah. Tuhan tidak aniah
karena tuhan tidak termasuk dalam benda-benda yang ada dalam alam, ia adalah
pencipta alam. Al-Kindi tetap pada prinsip teologi islam bahwa semua diciptakan
oleh Tuhan dan Tuhan di atas ketntuan hukum alam.
c. Tentang
jiwa
Al-kindi
berpendapat bahwa akal terbagi ke dalam tiga kategori. Yaitu akal yang bersifat
potensial, akal yang telah keluar dari sifat potensial menjadi aktual.
d. Tentang
moral
Menurut
Al-Kindi, filsafat harus memperdalam pengetahuan manusia tentang diri dan bahwa
filsuf wajib menempuh hidup susila. Kebijaksanaan tidak dicari untuk diri
sendiri ( Aristoteles ), melainkan untuk hidup bahagia ( stoa ).
2.
Al-Farabi
( 870-950 M )
Nama lengkapnya Abu
Nasr Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzlagh al Farabi, lahir di Farab, Transoxania
pada tahun 872 dan meninggal pada tahun 950 M di Damsyik. Pokok-pokok
filsafatnya adalah sebagai berikut:
a. Metafisika
Al-Farabi
Al-Farabi sependapat dengan Plato,
yang menyatakan bahwa alam ini baharu, terjadi dari tiada. Tuhan sebagai akal
murni adalah wujud pertama, berfikir tentang dirinya sendiri. Maka lahirlah
wujud kedua yang disebut akal pertama. Tingkat wujudnya adalah wujud yang
terendah adalah materi abstrak, tingkat yang lebih tinggi dari itu adalah
ketika materi itu menerima bentuk. Pertama yang berupa unsure-unsur seperti
api, air, tanah, wujud mineral yaitu seperti emas perak, besi, tembaga, dll.
b. Filsafat
kenegaraan
Al-Farabi dalam bukunya Ara’
al-madinatul al-fadilah,menjelaskan pendapat tentang Negara utama, ia membagi
masyarakat kedalam dua macam. Pertama, masyarakat sempurna yaitu masyarakat
yang mengandung keseimbangan antara unsur-unsurnya, seeperti kesemibangan yang
ada dalam tubuh manusia. Kedua, masyarakat yang tidak sempurna adalah
masyarakat yang bodoh dan fasik serta hanya mencari kesenangan jasmaninya saja.
Mengenai etika kenegaraan, Al-Farabi
mengemukakan teori bahwa setiap keadaan pasti ada pertentangan. Seperti dalam
alam hewani, yang kuat menindas yang lemah.
3.
Ibnu
Sina ( 980-1037 M )
Abu Ali Husein Ibn bdillah Ibn Sina
pada tahun 980 M di Afshanah, dekat Bukhara dan meninggal di Isfahan pada tahun 1037 M. di dunia barat
ia dikenal dengan nama Avisena dan kemasyurannya di dunia barat sebagai dokter
melampaui kemasyurannya segagai filosof.
Di bidang keddokteran ia menulis bukunya
al-qanun yang meliputi semua yang bertalian dengan ilmu kedokteran, seperti
fisiologi, anatomi dan pengobatan. Ia mengatakan bahwa Tuhan itu adalah Al’Aqlu
(akal).
4.
Al-Ghazali
( 1058-1111 M )
Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali lahir di
Ghazelah, Khurasan (Persia) pada tahun 1058 M. di dunia barat abad pertengahan,
ia dikenal dengan nama Abu Hamed dan Al-Ghazalel.
a. Epistemology
Al-Ghazali
Awalnya
ia berpendapat bahwa pengetahuan adalah hal-hal yang ditangkap oleh panca
indra. Ternyata menurutnya panca indra juga berdusta, kemudia ia meletakkan
kepercayaan pada akal. Namun ia juga tetap ragu pada akal. Tiga bulan kemudian
Allah memerikan nur yang disebut juga sebagai kunci ma’rifat kedalam hatinya. Dengan
demikian Al-Ghazali percaya bahwa intuisi lebih tinggi dan lebih dipercaya
daripada akal untuk menangkap pengetahuan yang betul-betul diyakini.
b. Metafisika
Al-Ghazali
Menurut
Al-Ghazali ilmu tuhan adalah suatu tambahan atau pertalian dengan zat, artinya
lain dari zat, kalau terjadi tambahan atau prtalian dengan zat, zat tuhan tetap
dalam keadaannya. Al-Ghazali membagi manusia kepada tiga golongan, yaitu kaum
awam, cara berfikir mereka sangat sederhana. Kaum pilihan, cara berfikir mereka
mendalam dan akal mereka tajam. Dan kaum pengingkar
c. Jiwa
dalam pandangan Al-Ghazali
Menurut
Al-Ghazali, setiap perbuatan akan menimbulkanpengaruh pada jiwa, yakni
membentuk kualitas jiwa, asalkan perbuatan itu dilakukan dengan sadar.
d. Kritikannya
terhadap filosof
Al-Ghazali
menentang menentang argument filsafat para filosof yunani dan filosof islam
dalam banyak masalah. Ia menentang dalil filsafat Aristoteles tentang azalinya
alam. Dengan tegas ia katakan bahwa alam berasal dari tidak ada menjadi ada (
creotio ex nihilo), sebab diciptakan oleh tuhan.
5.
Ibn
Rusyd ( 1126-1198 M )
Ibn
Al-Whalid Muhammad Ibn Muhammad Ibn Rusyd lahir di cordova pada tahun 1126 M.
ia di kenal dengan sebutan averroes , di dunia islam ia di kenal dengan ahli
hukum dan filosof. Aliran filsafat Ibn Rusyd adalah rasional. Ia menjunjung
tinggi akal pikiran daan menghargai peranan akal.
a. Metafisika
Ibn Rusyd
Dalam
masalah ketuhanan, ia berpendapat bahwa Allah penggerak pertama. Sifat positif
kepada Allah adalah akal dan ma’qul. Wujud Allah adalah Esa-Nya. Wujud dan ke
Esaan-Nya tidak berbeda dari zat-Nya. Ia menafsirkan agamapun dengan penafsiran
rasional. Namun, ia tetap berpegang pada sumber agama, yakni Al-Quran.
b. Tingkat
kemampuan manusia menurut Rusyd
Pembuktian
sesuatu memang dipengaruhi oleh kapasitas individual. Diantaranya ada yang
melakukan pembutian dengan cara demonstrasi , ada juga lewat dialektik, dan ada
lagi melalui dalil reterik.
c. Tentang
qadimnya alam semesta
Ibn
Rusyd berpendapat bbahwa alam adalah azali. Jadi, ada dua yang azali yaitu Tuhan
dan alam. Namun keazalian Tuhan lebih lama dari keazalian alam. Argument yang
dikemukakan ialah seandainya alam tidak azali, maka ada permulaannya, maka
habislah alam ini (baru).
B.
FILSAFAT
SCHOLASTIK KRISTEN
Periode
scholastik ini dapat dibagi menjadi tiga masa, yaitu:
1.
Masa
scholastik awal ( abad 9-10 M )
Masa ini merupakan kebangkitan
pemikiran abad pertengahan setelah terjadi kemerosotan pemikiran filsafat pada
masa sebelumnya yang disebabkan kuat dominasi golongan gereja. Ditandai oleh
pembentukan metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan
filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang universalia.
Ajaran Agustinus dan neo-Platonisme mempunyai pengaruh yang luas dan kuat dalam
berbagai aliran pemikiran.Pada periode ini, diupayakan misalnya, pembuktian
adanya Tuhan berdasarkan rasio murni, jadi tanpa berdasarkan Kitab Suci
(Anselmus dan Canterbury).
Pengaruh alam pemikiran dari Arab
mempunyai peranan penting bagi perkembangan filsafat selanjutnya. Pada tahun
800-1200, kebudayaan Islam berhasil memelihara warisan karya-karya para filsuf
dan ilmuwan zaman Yunani Kuno. Kaum intelektual dan kalangan kerajaan Islam
menerjemahkan karya-karya itu dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Maka,
pada para pengikut Islam mendatangi Eropa (melalui Spanyol dan pulau Sisilia)
terjemahan karya-karya filsuf Yunani itu, terutama karya-karya Aristoteles
sampai ke dunia Barat. Dan salah seorang pemikir Islam adalah Muhammad Ibn
Rushd. Namun jauh sebelum Ibn Rushd, seorang filsuf Islam bernama Ibn Sina
(980-1037) berusaha membuat suatu sintesis antara aliran neo-Platonisme dan
Aristotelianisme.
2.
Masa
scholastik keemasan ( 1200-1300 M )
Secara umum, ada beberapa faktor
yang menjadikan masa scholastik mencapai keemasan. Pertama, adanya
pengaruh Aristoteles, Ibn Rusyd, Ibn
Sina, sejak abad ke-12 sampai abad ke-13. Kedua, tahun 1200 M didirikan Universitas
Almamater di perancis. Ketiga, berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang
muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan. Adapun tokoh
yang paling terkenal pada masa ini, yaitu:
a. Albertus
Magnus ( 1203-1280 M )
Albertus
von Bolstadt mempunyai kepandaian yang luar biasa. Pola pemikirannya meniru Ibn
Rusyd dalam menulis tentang aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan,ia
mengadakan penelitian dalam bidang ilmu biologi dan ilmu kimia.
b. Thomas
Aquinas ( 1225-1274 M )
Thomas
dari Aquino lahir di Rocca sicca, Italia. Aquinas mendasarkan filsafatnya pada
kepastian adanya Tuhan. Menurutnya, eksistensi Tuhan dapat diketahui dengan
akal.
3.
Masa
scholastic akhir ( 1300-1450 M )
Pada
akhir periode ini, muncul seorang pemikir dari daerah yang sekarang masuk
wilayah Jerman, Nicolaus Cusanus (1401-1464 M). Ia berpendapat bahwa ada tiga
cara untuk mengenal, yaitu lewat indera, akal dan intuisi. Dengan indera, kita
akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang tidak sempurna.
Dengan akal, kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak
berdasarkan tangkapan oleh indera. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan
pengetahuan yang lebih tinggi.
Periode
skolastik Akhir ditandai dengan pemikiran islam yang berkembang ke arah
nominalisme ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi
petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal.
Kepercayaan orang pada kemampuan rasio memberi jawaban atas masalah-masalah
iman mulai berkurang. Ada semacam keyakinan bahwa iman dan pengetahuan tidak
dapat disatukan. Rasio tidak dapat mempertanggungjawabkan ajaran Gereja, hanya
iman yang dapat menerimanya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jauh sebelum manusia menemukan dan
menetapkan apa yang sekarangkita sebut sesuatu sebagai suatu disiplin ilmu
sebagaimana kita mengenal ilmukedokteran, fisika, matematika, dan lain
sebagainya, umat manusia lebih dulumemfikirkan dengan bertanya tentang berbagai
hakikat apa yang mereka lihat.Dan jawaban mereka itulah yang nanti akan kita
sebut sebagai sebuah jawabanfilsafati. Kalau ilmu diibiratkan sebagai sebuah
pohon yang memiliki berbagai cabang pemikiran, ranting pemahaman, serta buah
solusi, maka filsafat adalah tanah dasar tempat pohon tersebut berpijak dan
tumbuh.
Filsafat abad pertengahan dikenal dengan “matinya” filsafat
karena kurungan dogma gereja yang berlaku pada saat itu. Etika sebagai salah
satu pemikiran filsafat khusunya tentang moral juga terkungkung oleh dogma
gereja. Pemikiran tentang etika atau filsafat moral ditentukan oleh ajaran
agama terutama agama kristen. Benar atau salahnya suatu perbuatan tidak
ditentukan dengan akal atau rasio melainkan ditentukan oleh ajaran agama.
Zaman pertengahan ialah zaman dimana
Filsafat Abad Pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara agama
Kristen dan filsafat. Dilihat secara menyeluruh, filsafat Abad Pertengahan
memang merupakan filsafat Kristiani. Para pemikir zaman ini hampir semuanya
klerus, yakni golongan rohaniwan atau biarawan dalam Gereja Katolik (misalnya
uskup, imam, pimpinan biara, rahib), minat dan perhatian mereka tercurah pada
ajaran agama kristiani.
Dalam perkembanganya, filsafat
Yunani sempat mengalami masa pasang surut. Ketika peradaban Eropa harus
berhadapan dengan otoritas Gereja dan imperium Romawi yang bertindak tegas
terhadap keberadaan filsafat di mana dianggap mengancam kedudukannya sebagai
penguasa ketika itu.
M Syafieh dan Ismail Fahmi
Arrauf, MA. Filsafat umum. Bandung:
Cita Pustaka Media Perintis
M Syafieh dan Ismail Fahmi
Arrauf, MA. Filsafat umum. Bandung:
Cita Pustaka Media Perintis
ibid